Kesejahteraan Pekerja Wanita dan
Perburuhan Anak di Amerika
Oleh : Indri Prasetya Wati (10406241023)
Kehidupan pekerja industri pada abad ke-19 jauh dari mudah.
Bahkan di waktu yang baik pun upah tetap rendah, jam kerja panjang, dan kondisi
pekerjaan berbahaya. Situasi ini lebih buruk lagi bagi wanita dan anak-anak
yang merupakan tenaga kerja dengan persentase tinggi di beberapa industri namun
sering menerima upah lebih rendah daripada kaum pria. Krisis ekonomi yang
melanda dunia mengikis upah buruh dan membuat pengangguran.
Munculnya pekerja wanita dan anak-anak dalam dunia
perekonomian sudah merupakan hal yang lumrah. Para wanita dan anak-anak mencari
pekerjaan untuk bertahan hidup. Adanya pekerja wanita dan perburuhan anak
adalah hasil nyata kemiskinan. Ketidak merataan kesejahteraan untuk penghidupan
yang layak membuat mereka tertarik untuk masuk dalam dunia kerja.
Pengeksploitasian sumber tenaga mereka dalam perekonomian pun juga turut
membelit mereka mengingat kebutuhan mereka akan pekerjaan sangat besar. Selain
itu kondisi industri juga memberikan peran yang begitu signifikan dalam
melahirkan buruh wanita dan buruh anak.
Masalah-masalah perburuhan bukan hanya berpusat pada upah
buruh dan jam kerja, namun sudah merembet kepada hal-hal yang lebih intens
yakni pengeksploitasian tenaga anak-anak (perburuhan anak) dan wanita. Lebih
dari 200 juta anak yang tidak mempunyai harapan akan manfaat dari dinamika
perekonomian dunia karena mereka terpenjara dalam subbudaya perburuhan anak.
Banyak dari anak-anak yang berusia antara 5 sampai 14 tahun bekerja di bawah
kondisi eksploitatif. Masa kanak-kanak mereka terbuang percuma dalam perburuhan
dengan upah sangat memprihatinkan yang menghasilkan nilai ekonomi minimal. [1]
Kenaikan partisipasi perempuan dalam ketenagakerjaan
dipengaruhi oleh penurunan tingkat pekerjaan dalam bidang pertanian dan
munculnya pertumbuhan industri dan jasa.
Dalam industri dan layanan jasa, sering memberikan upah yang rendah,
dengan pekerjaan intensif, akan tetapi menerima upah yang lebih rendah dari
laki-laki, sehingga perempuan hanya disewa atau dipekerjakan hanya untuk
pekerjaan tertentu.[2]