bersama mereka kuukir perjalanan

Minggu, 18 Maret 2012

Artikel sejarah "Kepentingan China dan Amerika Serikat atas Korea (Perang Korea)"


Kepentingan China dan Amerika Serikat atas Korea (Perang Korea)
Oleh : Indri Prasetya Wati

“China adalah negara yang besar;
ketika timur masih gelap, barat sudah terang benderang;
ketika malam menjelang di selatan, siang malah memancar di utara;
karena itu, rakyat tidak perlu cemas tentang apakah ada cukup ruang untyk bergerak.”
Mao Zedong (1893-1976).
China memiliki peranan yang penting bagi Korea utara. Bagi keberlangsungan dan eksistensi Korea sendiri, pengaruh China tertanam sangat kuat didalamnya. Sejak Korea Utara mendeklarasikan kemerdekaannya pada tahun 1948 hingga perang Korea 1950-1953, pengembangan rudal nuklir, semuanya tak terlepas dari campur tangan China. Penyebab mengapa China begitu besar menancapkan pengaruhnya ke Korea Utara tak lain dan tak bukan karena China membutuhkan Korea. Semua usaha dilancarkan China untuk mendukung Korea, baik diplomasi di PBB dan lingkungan internasional,  serta dukungan materiil yang telah dilakukan Cina kepada Korea Utara.
Disisi lain sebenarnya ada Amerika Serikat yang juga “memanfaatkan” Korea selain China. Namun politik yang melatarbelakangi kedua negara tersebut ada sedikit perbedaan namun  tidak menutup kemungkinan jika kedua negara tersebut, Amerika Serikat dan China sama-sama ingin menanamkan pengaruh yang kuat di negara Korea. Bisa kita lihat betapa China dan Amerika Serikat begitu gencar memberikan kontribusi atas berlangsungnya perang Korea 1950. Amerika Serikat dengan Korea Selatannya, dan China bersama Korea Utara.
Pada mulanya China diberi kesempatan oleh pasukan Sekutu masa PD II untuk menguasai Korea Utara yang kemudian dimerdekakan. Namun ketegangan meletus antara kedua Korea tersebut karena perbedaan ideologi sehingga meledaklah perang Korea pada tahun 1950. Korea Utara yang dibantu oleh RRC berhasil menguasai sebagian Korea Selatan sampai akhirnya AS harus turun tangan membantu Korea Selatan yang hampir saja kalah perang. Tetapi China juga turut membantu proses perdamaian dua Korea yang berseteru ini. Meskipun demikian AS tetap berhati-hati dan tetap menempatkan pasukannya di Korea Selatan.

Sebenarnya AS memiliki ketergantungan yang tinggi pada China atas masalah nuklir Korea Utara, atas usaha AS untuk terus melakukan denuklirisasi pada negara-negara diluar sekutu AS, sementara AS sendiri tidak pernah melakukan pelarangan kepada negara-negara yang menjadi sekutunya
Ketakutan Amerika atas merebaknya pengaruh atau paham komunis yang akan masuk ke Korea jika melihat dibelakang China ada kekuatan Rusia maka Amerika Serikat ikut ambil alih dengan menanamkan peranannya di Korea Selatan. Selain itu faktor nuklirisasi yang membuat Amerika begitu menggebu-gebu mengontrol Korea dalam perang Korea 1950. Aksi-aksi yang dilancarkan Amerika antara lain Amerika Serikat membentuk pemerintahan sipil anti-komunis di Korea Selatan.
Namun sedikit berbeda dengan Amerika, tampaknya Cina tak berkeinginan terlibat lebih jauh dalam konflik semenanjung Korea yang terjadi akhir-akhir ini, dan mengedepankan proses diplomasi dengan Korea Selatan, dan meminta kedua Korea untuk menghentikan konflik. Akan tetapi disi lain ada beberapa alasan Cina “butuh” terhadap Korea Utara dan berusaha mempertahankan eksistensinya. Faktor pertama adalah ekonomi, Cina butuh kawasan yang stabil untuk memantapkan reformasi internal, pembangunan ekonomi yang baik, dan menaikkan posisi diplomasinya ke lingkungan internasional. Korea Utara dirasa adalah kawasan stabil tersebut.
Faktor kedua, Cina berusaha mempertahankan Korea Utara, baik dalam kondisi perang dan non-perang, setidaknya sudah dibuktikan dalam keterlibatan Cina pada Perang Korea 1950-1953, dan berbagai forum internasional. Dengan kebijakan luar negeri Cina saat ini, dan di tengah pembangunan ekonomi Cina yang pesat, Cina berusaha menghindari terjadinya perang Korea jilid II, karena dengan demikian tidak akan menyita energi dan ekonomi Cina. Cina membutuhkan Korea Utara untuk mencegah terjadinya strategi serangan darat ke darat yang bisa dilakukan kapan saja oleh Amerika Serikat melalui pasukannya di Jepang. Ini wajar menjadi ancaman pada Cina, mengingat Jenderal McArthur pada perang Korea 1950-1953, menawarkan opsi ke Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman untuk melakukan serangan balik hingga ke Cina, meskipun ditolak saat itu.
Faktor ketiga, teori efek Domino. Efek Domino sendiri adalah sebuah konsep atau teori yang diciptakan atas kekhawatiran Amerika Serikat dalam perang Dingin, terhadap pengaruh perkembangan Komunisme di Asia, yang beranggapan jatuhnya suatu rezim atau negara akan berpengaruh pada negara lainnya seperti domino jatuh. Dalam hal ini Cina membendung pengaruh Liberalisme, namun dengan pendekatan yang berbeda dari Amerika Serikat dan Barat. Tidak melalui bantuan ekonomi, maupun diplomatik, tapi cenderung ke bantuan militer, atau kerjasama militer untuk memperluas pengaruh-pengaruhnya ke negara lain. Ini terlihat dari beberapa kerjasama (kerjasama pertahanan) yang telah dijalin Cina dengan beberapa negara, sebut saja, Pakistan, Myanmar, Korea Utara, Vietnam.
Faktor terakhir adalah Buffer Zone Liberalisme . Terkait dengan China Containment Policy dan menghindari Efek Domino, China membutuhkan Korea Utara sebagai buffer zone (zona penyangga), untuk membatasi infiltrasi liberalisme.[1]
Jika melihat latarbelakang mengapa Amerika dan China mendukung perang Korea, maka dapat disimpulkan bahwa perang Korea bukanlah perang antara Korea Utara dengan Korea Selatan, akan tetapi perang yang terjadi antara Amerika dengan Rusia (yang melewati tangan China). Menurut Mochtar Lubis bukan karena Korea lawan Korea, tetapi karena benturan penguasa-penguasa asing yang datang dari luar Korea.[2] Dan bisa dikatakan bahwa perang Korea 1950 atau yang disebut Perang yang Terlupakan dan Perang yang Tidak Diketahui karena dianggap sebagai urusan PBB, berakhir dengan kebuntuan (stalemate), sedikitnya korban dari pihak AS, dan kurang jelasnya isu-isu menjadi penyebab perang ini.
Dibalik perang Korea tersebut masih banyak sebenarnya yang dapat diungkap, dan tentunya dapat dijadikan tolak ukur bahwasannya ada “sesuatu” yang tersembunyi dalam keterkaitan negara-negara asing yang turut serta didalamnya. Tidak hanya perang Korea saja namun diatas semua kejadian-kejadian pasti ada sesuatu yang “rahasia” dibelakangnya.


[2] Lubis, Mochtar. 2010. Catatan Perang Korea. Jakarta: yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages