bersama mereka kuukir perjalanan

Selasa, 30 Oktober 2012

Sumpah Pemuda, sudah… kok masih bentrokan?



Sumpah Pemuda, sudah… kok masih bentrokan?
Sumpah Pemuda adalah Nasionalisme Indonesia, Patriotisme Indonesia, yang seiring dengan makna lagu Indonesia Raya, bendera Sang Saka Merah Putih, kemudian falsafah Pancasila dan Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945. (45 Tahun Sumpah Pemuda, 1974).
28 oktober merupakan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia, tercatat dalam sejarah kita pemuda-pemuda bangsa berkumpul menyusun semangat kebangsaan melalui Kongres Sumpah Pemuda. Dari dasalah dengan sikap toleransi yang dijunjung tinggi semua masyarakat Indonesia yang beranekaragam suku, bahasa, dan budaya bersepakat bertumpah darah satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu atas nama Indonesia.
Sejak tahun 1928 hingga sekarang, 84 tahun sudah Sumpah Pemuda terpatri dalam goresan waktu sejarah bangsa ini. Apabila 84 tahun yang lalu ketika gelora persatuan itu masih membara di jiwa pemudanya, maka bagaimana dengan sekarang ini?. Esensi persatuan yang dipercikan dari semangat sumpah pemuda masih bertahankah sampai detik ini?. Dalam pendidikan kita pun sudah diterapkan untuk selalu bersikap nasionalis, menghargai kebersamaan dan perbedaan. Akantetapi perlu ditinjau kembali untuk era saat ini, dengan melihat segala kerusuhan yang terjadi sehingga dapat disimpulkan bahwa eksistensi sumpah pemuda itu sendiri sudah melemah.

Sabtu, 13 Oktober 2012

Sumpah Pemuda dan Pengaruhnya bagi Integrasi Indonesia


Sumpah Pemuda dan Pengaruhnya bagi Integrasi Indonesia
karena kita adalah satu!


Integrasi berasal dari bahasa inggris "integration" yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi.
Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu :
§  Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu
§  Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu
Sedangkan yang disebut integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan. Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya.[1]
Wawasan kebangsaan Indonesia mengalami pertumbuhan dan perkembangan pada masa lalu seirama dengan dinamika pertumbuhan dan perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia. Oleh karena itu, sifat dan corak perkembangannya tampil sesuai dengan sifat dan corak organisasi pergerakan yang mewakilinya. Dari pertumbuhan dan perkembangan organisasi pergerakan kebangsaan Indonesia seperti Boedi Uetomo, Sarekat Islam, Indische Partji, Perhimpunan Indonesia, dan lain-lain, tampak bahwa proses pendewasaan konsep nasionalisme kultural, berkembang menjadi sosio ekonomis, dan memuncak menjadi nasionalisme politik yang merupakan aspek multidimensional.[2]
Sebuah fenomena sejarah yang merupakan momentum sangat penting dalam proses penguatan konsep wawasan kebangsaan Indonesia terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928. Dalam itulah modal yang sangat berharga bagi terbentuknya sebuah “Nation-State” telah disepakati. Adanya kehendak bersama untuk bersatu itu akan mengatasi alasan-alasan seperti kedaerahan, kesukuan, keturunan, keagamaan, dan sejenisnya dengan tetap menghormati perbedaan-perbedaan yang ada. Sejak peristiwa tahun 1928 itu, dunia dikejutkan oleh kemampuan dan kesanggupan bangsa Indonesia untuk bersatu padu dalam kemajuan.[3]

Minggu, 08 Juli 2012

Pendidikan Karakter Berbasis Sastra: Solusi Pendidikan Moral yang Efektif



Berkarakter melalui Sastra itu asyik!

Judul               :  Pendidikan Karakter Berbasis Sastra: Solusi Pendidikan Moral yang Efektif
Penulis             :  Rohinah M. Noor
Penerbit           :  AR-RUZZ MEDIA
Tahun              :  2011
Tebal               :  175 halaman
ISBN               :  978-979-25-4857-0

Cermin kemerosotan moral negeri ini agaknya bermuara pada: ada yang salah dengan pengajaran sastra.  Banyak guru sastra yang “tidak menyukai sastra” (Rohinah, 2011: 142).

Rohinah M. Noor adalah penulis aktif, beberapa tulisan telah lahir dari tangannya. Selain menulis diberbagai media baik lokal maupun nasional, ia juga menulis sejumlah buku, di antaranya: Orantua Bijaksana Anak Bahagia (Katahati, 2009), Empat Tahapan Perkembangan Anak (Cemerlang Publishing, 2009), Hidden Kurikulum (PIM, 2011), serta masih banyak lagi. Sedangkan buku yang  berjudul Pendidikan Karakter Berbasis Sastra: Solusi Pendidikan Moral yang Efektif ini merupakan salah satu buku terbaru yang ia terbitkan. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di media cetak, seperti SKH Kompas, Suara Pembaharuan, Jawa Pos dll.
Penulis yang pernah menempuh studi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini lahir di Cirebon, 20 April 1980. Sewaktu masih menjadi mahasiswa dulu ia aktif dalam kegiatan kampus dan pesantren. Ia pernah aktif di PMII, KsiP (Kelompok Studi Ilmu Pendidikan), Senat Mahasiswa Fak. Tarbiyah, LkiS (Lembaga Kajian Islam dan Sosial). Setelah lulus S1 ia melanjutkan studi S2-nya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2008. Sampai saat ini penulis masih terus berproses kreatif.

Pages