bersama mereka kuukir perjalanan

Senin, 26 Maret 2012

Kesejahteraan Pekerja Wanita dan Perburuhan Anak di Amerika


Kesejahteraan Pekerja Wanita dan Perburuhan Anak di Amerika
Oleh : Indri Prasetya Wati    (10406241023)

Kehidupan pekerja industri pada abad ke-19 jauh dari mudah. Bahkan di waktu yang baik pun upah tetap rendah, jam kerja panjang, dan kondisi pekerjaan berbahaya. Situasi ini lebih buruk lagi bagi wanita dan anak-anak yang merupakan tenaga kerja dengan persentase tinggi di beberapa industri namun sering menerima upah lebih rendah daripada kaum pria. Krisis ekonomi yang melanda dunia mengikis upah buruh dan membuat pengangguran.
Munculnya pekerja wanita dan anak-anak dalam dunia perekonomian sudah merupakan hal yang lumrah. Para wanita dan anak-anak mencari pekerjaan untuk bertahan hidup. Adanya pekerja wanita dan perburuhan anak adalah hasil nyata kemiskinan. Ketidak merataan kesejahteraan untuk penghidupan yang layak membuat mereka tertarik untuk masuk dalam dunia kerja. Pengeksploitasian sumber tenaga mereka dalam perekonomian pun juga turut membelit mereka mengingat kebutuhan mereka akan pekerjaan sangat besar. Selain itu kondisi industri juga memberikan peran yang begitu signifikan dalam melahirkan buruh wanita dan buruh anak.
Masalah-masalah perburuhan bukan hanya berpusat pada upah buruh dan jam kerja, namun sudah merembet kepada hal-hal yang lebih intens yakni pengeksploitasian tenaga anak-anak (perburuhan anak) dan wanita. Lebih dari 200 juta anak yang tidak mempunyai harapan akan manfaat dari dinamika perekonomian dunia karena mereka terpenjara dalam subbudaya perburuhan anak. Banyak dari anak-anak yang berusia antara 5 sampai 14 tahun bekerja di bawah kondisi eksploitatif. Masa kanak-kanak mereka terbuang percuma dalam perburuhan dengan upah sangat memprihatinkan yang menghasilkan nilai ekonomi minimal. [1]
Kenaikan partisipasi perempuan dalam ketenagakerjaan dipengaruhi oleh penurunan tingkat pekerjaan dalam bidang pertanian dan munculnya pertumbuhan industri dan jasa.  Dalam industri dan layanan jasa, sering memberikan upah yang rendah, dengan pekerjaan intensif, akan tetapi menerima upah yang lebih rendah dari laki-laki, sehingga perempuan hanya disewa atau dipekerjakan hanya untuk pekerjaan tertentu.[2]

Oka Rusmini dan Perempuan


OKA RUSMINI DAN “PEREMPUAN” DALAM KARYANYA.

…..Apakah hidup akan menyisakan sepotong kecil, seukuran kuku kelingking, sedikit saja, keinginanku yang bisa kutanam dan kusimpan sendiri? Hyang Widhi, apakah sebagai perempuan aku terlalu loba, tamak, sehingga Kau pun tak mengizinkan memiliki impian? Apakah Kau laki-laki? Sehingga tak pernah Kaupahami keinginan dan bahasa perempuan sepertiku?.....


Dengan penanya ia goreskan kata. Dalam kata-kata berteriaklah ia akan kegelisahan, pengorbanan, derita, cinta, dan kasih sayang dari makhluk Tuhan yang bernama “Perempuan”. Dengan tulisannya ia berbicara bahwa tak selamanya perempuan harus hidup terkotak-kotak dengan belenggu gender.
Jika ada perempuan pengarang Indonesia yang begitu gigih ‘mendobrak’ kekakuan tradisi kasta dan adat Bali dalam karya-karyanya, maka dialah Oka Rusmini. Wanita kelahiran Jakarta 11 Juli 1967 ini menyuarakan masalah-masalah perempuan melalui tulisan-tulisannya yang begitu menggugah. Banyak karyanya yang membicarakan tentang perempuan dan selalu dikaitkannya dengan budaya patriarki di dalam adat. Menurut Oka dalam salah satu karyanya, persoalan perempuan di Bali (dan di manapun) adalah persoalan kultur dan agama; dan perempuan itu sendirilah yang paling mengerti dirinya. Oleh karena itu, perempuan pulalah yang mesti menuliskannya. Ketimpangan atau pengkotak-kotakan peran dan fungsi laki-laki dan perempuan juga terlihat dalam karya-karya sastranya. Tidak banyak karya sastra yang berani melawan atau menampilkan cerita berbeda dengan mengungkap masalah gender dari sudut perempuan. Tapi tidak begitu dengan Oka Rusmini.

Agus Salim


Nasionalisme adalah Tujuan Mulia
Oleh  Indri Prasetya wati

Semangat nasionalisme, bukan terpatri karena wujud kepercayaan kita, bukan hanya terpojok oleh  persamaan nasib dan alur kehidupan seorang manusia, bahkan tak cukup dengan landasan tanah air. Nasionalisme adalah tujuan mulia. Tujuan kita yang sama. Meningkatkan derajat Indonesia.


Berbicara mengenai nasinalisme berarti sedikit banyak berbicara tentang pengapdian.. Nasionalisme tidak dapat jika hanya di hubungkan dengan pahlawan, mengakui kewarganegaraannya atau sekedar mendukung timnas Indonesia. Di era modernisasi dan globalisasi saat ini, jiwa nasionalisme para pemuda bangsa sedikit demi sedikit mulai memudar. Banyak dari pemuda-pemudi Indonesia yang lebih mencintai budaya bangsa lain daripada bangsanya sendiri. Maka dari itu, kita tidak salah jika mengilhami karakter pahlawan untuk belajar dan mencerna arti nasionalisme itu sendiri. Sehingga dapat kita aktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tokoh Indonesia yang satu ini, adalah salah satu dari sekian banyak orang-orang yang berhasil mengukir sejarah Indonesia. Beliau adalah Agus Salim, seorang anak manusia yang dilahirkan di Kota Gadang, Bukittinggi, tahun 1884. Anak keempat dari Sultan Moehammad Salim, seorang jaksa di sebuah pengadilan negeri. Karena kedudukan ayahnya Agus Salim bisa belajar di sekolah-sekolah Belanda dengan lancar, selain karena dia anak yang cerdas. Dalam usia muda, dia telah menguasai sedikitnya tujuh bahasa asing; Belanda, Inggris, Arab, Turki, Perancis, Jepang, dan Jerman.

Jumat, 23 Maret 2012

Siapa dia?


Siapa dia?
Dialah orang nomor satu
setelah ibuku.
Dia yaitu karang yang tak pernah goyang
Dia adalah kayu tua sederhana
tegak di tiap sudut bilik gubuk reot ini.
Siapa dia?
Dia,
Adalah dia!
Dia yang menegakkan,
yang menyejukkan
Dia yang selalu memberiku senyum sepuluh sentinya
senyum termanis yang tersampul di tiap halaman hidup,
Dia adalah awan yang meneduhkan, bukan pekat menakutkan siang.
Siapakah dia?
Dia  lelakiku.
Dia bapakku!

Yogyakarta, 22 april 2010



kesaksian Garis Marka

           

Kesaksian Garis Marka.

Di perempatan jalan kaliurang
Tangan legam mungil,
menyodorkan kantong kehidupan ke setiap yang lalu lalang.
Tangan legam mungil. 
menggantungkan nafas keroncongan ususnya
di temaram merah merona traffic light.
Pemilik tangan legam mungil itu,
menambatkan langkahnyasebatas hitam putih garis marka.
Esok hari, tatkala kabut dan gerimis menyambut mentari
Di perempatan jalan kaliurang,
Pemilik tangan legam mungil
menggemparkan roda yang melintas.
Garis marka memberi kesaksian sunyi,
Tergolek pucat sosok mungil di hamparan hitam putih zebra cross.
Setelah semalam kantong kehidupannya gagal menggetarkan yang lalu lalang.



Sebuah Kesaksian

Sebuah kesaksian



Jika suatu saat aku menjadi seonggok sampah ditanah
Liar tak terjamah
Tidak akan ku salahkan zaman yang menggerusku
Tak kan kucaci waktu cepat berlalu
Jika suatu waktu aku hilang diperaduan
Bersisa debu di atas nama yang tersingkir
Tak akan pernah dinding ini menangis
Merengek-rengek ingin di jamahi
Aku ini sebuah kesaksian
Bukan sekedar benda mati tak berkesan
Aku  rindu keramaian, rindu senyum sapa anak manusia
Dimana kalian sekarang? Sudah terhapuskah namaku di otakmu?
Aku suka kaki-kaki nakal mengotori lantaiku
Seperti ketika mereka berlarian merasuk dalam buaianku
Aku rindu suara bising manusia ingin tahu
Tertawa, bahagia, terkagum bersamaku
Seperti dulu...
Aku ini sebuah kesaksian kawan
Siapa tak tahu menjadi tahu
Yang mengerti ingin lebih
Untuk detik ini aku ingin dimengerti, dihargai
Lihatlah, aku ini sebuah kesaksian
Bahkan lebih.
Kenallah aku sebagai kenangan masa silam
Jangan dihapus, cukup dengan bertandang
Sapa aku, jangan meradang
Dan ketika suatu zaman menelanku dalam-dalam,
Mungkin tubuh ini  sudah usang


..... untuk semua yang berjiwa dan mengaku manusia .....
YOGYAKARTA, awal maret 2012

Hujan


Hujan I

Tetesan air jatuh sekarang
Jatuh
Jatuh bersama angin
Jatuh keras dan cepat
Berpadu dengan langit
Dalam hati aku mengumpat,
Mengapa hujan jatuh secepat ini?
            Kehangatan romantika mereda
            Dikalahkan waktu
            Aku terdesak
            Dikalahkan alam
Ku dongakkan kepala sejenak
Melawan hujan
Membiarkannya jatuh dan mengikuti desakan angin
            Bersama itu, aku berbicara pada hujan,
            Berceloteh indah tentangmu, aku, dia, dan mereka
            Berbisik kata dengan halilintar
            Dan bernyanyi menyambut pelangi
Meski lebih cepat, aku suka hujan kala ini
Sebab ku mencintaimu dalam rinainya

                                               
                                                Ruang gelap, 100911



Perjalanan


Perjalanan


Adalah angin yang berhembus,

Perjalanan,

Adalah tinta hitam yang terpatri dalam untaian kata

Dan perjalanan adalah irama kehidupan yang mencoba membunuh waktu

Perjalanan adalah penantian untuk-Mu

 

                                                Ruang gelap.

 



Resensi buku fiksi Trilogi Insiden


Judul                : Trilogi Insiden
Penulis             : Seno Gumira Adjidarma
Peresensi         : Indri Prasetya Wati
Penerbit           : Bentang Pustaka
Tahun              : I, April, 2010
Halaman          : 452 Halaman




Sebuah Perlawanan Terhadap Pembungkaman

Dan apabila mulut  dibungkam, biarkanlah tangan ini yang meneriakkan kata-kata. Biarkanlah bahasa yang membongkar apa-apa yang tersembunyi dibalik jejak sejarah yang belum terungkap.
“Kebenaran” yang dijunjung tinggi-tinggi kala itu, hanya sebuah celoteh kecil tanpa makna. Dimana penguasa dapat mengotak-atik semua “isinya”.

Sastra tidak sama dengan jurnalistik. Namun, ketika jurnalistik mengalami keterbatasan dalam mengungkapkan realitas, maka sastralah yang dapat menggantikannya. Itulah yang ingin disampaikan lewat buku ini.
Setidaknya ada tiga buku Seno Gumira Ajidarma yang merupakan Trilogi Insiden–ketiganya mengandung fakta seputar Insiden Dili, yang ditabukan media massa semasa Orde Baru. Itulah Saksi Mata(kumpulan cerpen), Jazz, Parfum dan Insiden(Novel) dan ketika Jurnalisme di Bungkam Sastra Harus Bicara(kumpulan Esai) yang diterbitkan ketika orde baru masih berkuasa. ketiganya telah menjadi dokumen, tentang bagaimana sastra tak bisa menghindar untuk terlibat, secara praktis dan konkret, dalam persoalan politik–apabila politik kekuasaan itu menjadi semakin tidak manusiawi.

Minggu, 18 Maret 2012

Artikel : Sumpah Pemuda tak Sekedar Sumpah Sampah"


Sumpah Pemuda Tak Sekedar Sumpah Sampah!
Oleh: Indri Prasetya Wati
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia,mengakoe berbangsa jang satoe,bangsa Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean,
bahasa Indonesia.

Indonesia adalah bangsa yang multikultur. Bangsa yang menjunjung tinggi perbedaan. Ketika perbedaan itu mengatas namakan agama, kepercayaan, suku, budaya, adat, perbedaan fisik ataupun pandangan politik, Indonesia tetaplah milik kita. Diatas perbedaan tersebut Indonesia merdeka. Dengan segala perbedaan itu Indonesia menjadi satu kesatuan bangsa. Menyatukan segala macam perbedaan untuk merujuk pada satu tujuan memang tidak mudah.  Dengan Sumpah Pemuda 1928, Indonesia berdiri diatas segala perbedaan yang ada. Sumpah Pemuda telah mengikrarkan bahwa kita adalah satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa. 
Sumpah setia 1928 ini dilahirkan pada Kongres Pemuda II muncul dari Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda II yang berasal dari Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI). Rapat Pertamanya dilaksanakan pada 27 Oktober 1928 di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond, Lapangan Banteng, Jakarta. Sedangkan Rapat kedua dilaksanakan pada 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop dengan agenda membahas masalah pendidikan. Pada sesi berikutnya, sebelum penutupan kongres, untuk pertama kalinya diperdengarkan lagu Indonesia Raya karya Wage Rudolf Supratman. Dari peristiwa inilah bahasa Indonesia dijunjung tinggi sebagai bahasa persatuan bangsa.
Sumpah Pemuda mengingatkan kita bahwa kita dibangun diatas suatu pondasi yang bernama “perbedaan”, baik perbedaan agama, ras, suku, kebudayaan, kepulauan, maupun latar belakang kehidupan kita. Sumpah pemuda adalah suatu komitmen yang menjadi suatu pencerahan untuk menuju kemerdekaan Indonesia. Sebagai tonggak nasionalisme pemuda-pemudi Indonesia dalam merebut kemerdekaan dan menjadikan Indonesia menjadi negara yang berdaulat.

Artikel sejarah "Kepentingan China dan Amerika Serikat atas Korea (Perang Korea)"


Kepentingan China dan Amerika Serikat atas Korea (Perang Korea)
Oleh : Indri Prasetya Wati

“China adalah negara yang besar;
ketika timur masih gelap, barat sudah terang benderang;
ketika malam menjelang di selatan, siang malah memancar di utara;
karena itu, rakyat tidak perlu cemas tentang apakah ada cukup ruang untyk bergerak.”
Mao Zedong (1893-1976).
China memiliki peranan yang penting bagi Korea utara. Bagi keberlangsungan dan eksistensi Korea sendiri, pengaruh China tertanam sangat kuat didalamnya. Sejak Korea Utara mendeklarasikan kemerdekaannya pada tahun 1948 hingga perang Korea 1950-1953, pengembangan rudal nuklir, semuanya tak terlepas dari campur tangan China. Penyebab mengapa China begitu besar menancapkan pengaruhnya ke Korea Utara tak lain dan tak bukan karena China membutuhkan Korea. Semua usaha dilancarkan China untuk mendukung Korea, baik diplomasi di PBB dan lingkungan internasional,  serta dukungan materiil yang telah dilakukan Cina kepada Korea Utara.
Disisi lain sebenarnya ada Amerika Serikat yang juga “memanfaatkan” Korea selain China. Namun politik yang melatarbelakangi kedua negara tersebut ada sedikit perbedaan namun  tidak menutup kemungkinan jika kedua negara tersebut, Amerika Serikat dan China sama-sama ingin menanamkan pengaruh yang kuat di negara Korea. Bisa kita lihat betapa China dan Amerika Serikat begitu gencar memberikan kontribusi atas berlangsungnya perang Korea 1950. Amerika Serikat dengan Korea Selatannya, dan China bersama Korea Utara.
Pada mulanya China diberi kesempatan oleh pasukan Sekutu masa PD II untuk menguasai Korea Utara yang kemudian dimerdekakan. Namun ketegangan meletus antara kedua Korea tersebut karena perbedaan ideologi sehingga meledaklah perang Korea pada tahun 1950. Korea Utara yang dibantu oleh RRC berhasil menguasai sebagian Korea Selatan sampai akhirnya AS harus turun tangan membantu Korea Selatan yang hampir saja kalah perang. Tetapi China juga turut membantu proses perdamaian dua Korea yang berseteru ini. Meskipun demikian AS tetap berhati-hati dan tetap menempatkan pasukannya di Korea Selatan.

Rabu, 14 Maret 2012

Resensi buku nonfiksi "when China rules the world"


Membaca Tanda-tanda China memimpin Dunia

Oleh: Indri Prasetya Wati
Dunia terbiasa menengok ke Barat, ke Eropa dan belakangan Amerika Serikat, era ini segera berakhir. London mungkin masih menjadi patokan dalam urusan zona waktu, warisan dari status dominiannya di dunia dahulu, tetapi masyarakat global akan semakin sering mencocokkan arloji dengan waktu Beijing.(Jacques, 2011:415).



 



Judul               :  When China Rules the World (Ketika China Menguasai Dunia) Kebangkitan Dunia Timur dan Akhir Dunia Barat
Penulis             :  Martin Jacques
Penerbit           :  Kompas
Tahun              :  Juni 2011
Tebal               :  606 halaman


            Sejarah adalah ”jembatan” untuk menyebrang dari masa lalu ke masa sekarang, dan masa depan. Martin Jacques dalam bukunya When China Rules the World (Ketika China Menguasai Dunia), mencoba membawa kita menyelami peradaban China masa lalu, melihat kebangkitan China dewasa ini, lantas menerawang kekuatannya di masa yang akan datang.  Mengenal peradaban China masa silam yang begitu mengagumkan, menjadikan China adalah tanah terpilih oleh kegemilangan peradabannya.
            Dalam bukunya, Martin Jacques bercerita banyak tentang China mulai dari masa kekaisaran sampai China dewasa ini, baik dari kacamata ekonomi, sosial, maupun budaya. Kesemuanya itu di ulas menjadi dua belas bab. Bab pertama dan selanjutnya seperti mempunyai magnet yang mampu menarik pembacanya untuk terus tenggelam mempelajari China. Dari sekian bab yang Martin sampaikan ada satu bab yang menarik perhatian saya yakni bab 6 yang berjudul “China Sebagai kekuatan Dunia”. Dalam bab tersebut dijelaskan bahwasannya China mempunyai kemampuan menjadi pemimpin dunia menggeser Amerika Serikat saat ini dalam bidang teknologi dan ekonomi global.

Selasa, 13 Maret 2012

Mataram Islam


Masa Keemasan  Sultan Agung dalam memerintahan Kerajaan Mataram (1613-1645)
Oleh: Eko Ashari
Sejarah panjang Mataram mencatat Sultan Agung (1613-1646) sebagai Raja yang paling  berpengaruh dimasa itu. Pada masa puncak kejayaan kerajaan Mataram dapat terlihat dalam bidang politik, terbukti dari luas wilayah dan besarnya kekuasaan raja menurut konsep kekuasaan Jawa atau yang disebut doktrin keagungbinataran, kemampuan mempertahankan kemerdekaan dan hubungan dengan berbagai kerajaan di luar Jawa, dan dalam kebudayaan dengan kemampuannya mengembangkan perpaduan antara kebudayaan Jawa dan kebudayaan dari luar seperti tercermin dalam pengembangan tarih Jawa, penulisan babad, pembangunan makam diatas bukit dalam bahasa Jawa Krama-ngoko[1].
Babad menceritakan bahwa Susuhunan Anyakrawati (Panembahan Krapyak) menggadang (mempersiapkan) calon penggantinya. Calon yang disiapkan adalah Raden Mas Wuryah atau Martapura. Tetapi bukan pangeran Martapura yang naik tahta melaikan Raden Mas Jetmika atau Raden Mas Rangsang. Karena Panembahan Krapyak sudah menjatuhkan Kaulnya kepada Raden Mas Wuryah atau Martapura, Martapura tetap diangkat menjadi raja, tetapi hanya sebentar, selanjutnya diserahkan lagi kepada Raden Jetmika. Dalam babad diceritakan bahwa Panembahan Krapyak mendapat wangsit bahwa Raden Jatmikalah yang nantinya menjadi raja  besar membawa kejayaan Mataram. Pada saat Panembahan meninggal, Raden Wuryah baru berusia 8 tahun dan Raden Jetmika berusia 20 tahun. Sehingga Raden Jetmika yang naik tahta karena dianggap sudah dewasa dan pantas untuk naik tahta[2].

Pages