Sumpah
Pemuda dan Pengaruhnya bagi Integrasi Indonesia
karena kita adalah satu!
Integrasi
berasal dari bahasa inggris "integration" yang
berarti kesempurnaan atau keseluruhan. integrasi sosial dimaknai sebagai proses
penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan
masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki
keserasian fungsi.
Definisi
lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik
beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat,
namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Integrasi memiliki
2 pengertian, yaitu :
§ Pengendalian
terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem
sosial tertentu
§ Membuat
suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu
Sedangkan
yang disebut integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau
dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan. Suatu
integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi
berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang
terjadi secara sosial budaya.[1]
Wawasan kebangsaan Indonesia mengalami pertumbuhan dan perkembangan pada
masa lalu seirama dengan dinamika pertumbuhan dan perkembangan pergerakan
kebangsaan Indonesia. Oleh karena itu, sifat dan corak perkembangannya tampil
sesuai dengan sifat dan corak organisasi pergerakan yang mewakilinya. Dari
pertumbuhan dan perkembangan organisasi pergerakan kebangsaan Indonesia seperti
Boedi Uetomo, Sarekat Islam, Indische Partji, Perhimpunan Indonesia, dan
lain-lain, tampak bahwa proses pendewasaan konsep nasionalisme kultural,
berkembang menjadi sosio ekonomis, dan memuncak menjadi nasionalisme politik
yang merupakan aspek multidimensional.[2]
Sebuah fenomena sejarah yang merupakan momentum sangat penting dalam proses
penguatan konsep wawasan kebangsaan Indonesia terjadi pada tanggal 28 Oktober
1928. Dalam itulah modal yang sangat berharga bagi terbentuknya sebuah “Nation-State” telah disepakati. Adanya
kehendak bersama untuk bersatu itu akan mengatasi alasan-alasan seperti
kedaerahan, kesukuan, keturunan, keagamaan, dan sejenisnya dengan tetap
menghormati perbedaan-perbedaan yang ada. Sejak peristiwa tahun 1928 itu, dunia
dikejutkan oleh kemampuan dan kesanggupan bangsa Indonesia untuk bersatu padu dalam
kemajuan.[3]
Mengenai integrasi
Indonesia, akhir-akhir ini muncul isu-isu disintegrasi Indonesia. mulai dari
ketegangan di Irian Jaya, kerusuhan di Ambon dan Madura baru-baru ini, serta
gerakan-gerakan sparatis daerah seperti di Aceh dan masih banyak yang lainnya.
Isu-isu perpecahan Indonesia semakin merebak dengan adanya masalah pengakuan
budaya kita oleh negara lain. Kita ingat permasalahan pulau Sipadan dan Ligitan
yang diatasnamakan milik Malaysia, tak hanya itu saja pengakuan atas tari Reog
Ponorogo juga diperebutkan. Bahkan pada tahun-tahun sebelumnya bibit perpecahan
itu sudah Nampak. Mulai dari permasalahan PKI Madiun, Gerakan DI/TII pimpinan
Kartosuwiryo (1948-1962) merupakan wujud ketidakmampuan kita dalam
mempertahankan bagian dari bangsa ini dalam konteks nasionalisme.
Sumpah pemuda berisikan
jiwa persatuan yang berlatar belakang Bhineka Tunggal Ika yang berarti bahwa
bangsa Indonesia itu sendiri terdiri dari macam-macam suku bangsa sebagai
realitas kebudayaan dan realitas politik yang bersama-sama hidup sebagai satu
dengan penuh toleransi. Dengan demikian persatuan dapat tercapai dan
dipertahankan kalau ke-bhinekaan diperhitungkan sebagai realitas yang memilki
elemen mutlak yaitu toleransi. Tanpa memiliki toleransi maka persatuan
Indonesia akan selalu goncang.
Pada tahun 1948 terjadi
pemberontakan Partai Komunis Indonesia yang menggoncangkan persatuan pada waktu
itu. Jika ditinjau dari sebab-musabab pemberontakan tersebut serta meninjau
ideology PKI ini dapat disimpulkan bahwa PKI tidak memiliki toleransi (dalam
hal toleransi ideology) terhadap ideology-ideologi lain. Pemberontakan PKI 1948
tyersebut menyalahi Sumpah pemuda. Toleransi merupakan unsur mutlak dalam
sumpah pemuda. Gerakan Darul Islam pimpinan Kartosuwiryo pun bekisar pada soal
toleransi beragama yang jika dilihat dari sudut sumpah pemuda tidak tercermin
dari gerakan Kartosuwiryo ini.[4]
Gerakan-gerakan
kedaerahan yang pernah terjadi di waktu-waktu yang lalu menjadi bahan renunagan
kita semua untuk meresapi lagi jiwa sumpah pemuda. Sesuai Sumpah Pemuda
gerak-gerik kita harus selalu dikaitkan pada arti persatuan yang memiliki
latarbelakang berupa realitas-realitas kedaerahan yang juga merupakan kekuatan.
Pada hakekatnya Sumpah Pemuda adalah Nasionalisme Indonesia, Patriotisme
Indonesia, yang seiring dengan makna lagu Indonesia Raya, bendera Sang Saka
Merah Putih, kemudian falsafah Pancasila dan Mukadimah Undang-Undang Dasar
1945.[5]
Lebih-lebih karena Sumpah Pemuda sangat menentukan artinya bagi pergerakan
kemerdekaan nasional kita yang memuncak pada Proklamasi Kemerdekaan dari 17
Agustus 1945.
Melihat segala bentuk
permasalahan ketahanan negara kita pada mulanya bermuara dalam konteks
nasionalisme. Dalam kemelut perpecahan antar daerah yang semakin lama semakin
menjadi-jadi di negeri ini, pemerintah sendiri juga selalu berusaha agar
sekelompok golongan yang bersengketa mengadakan persatuan. Persatuan dan
kesatuan suatu negara tidak hanya mampu di kendalikan oleh birokrasi
pemerintahan dan pertahanan negaranya saja, akan tetapi pemuda-pemuda bangsalah
yang harus menetapkan dasar kuat bagi persatuan Indonesia agar persatuan itu
menjadi kekal abadi.
Menurut M. Yamin,
pendidikan disebut sebagai faktor utama persatuan. Tentunya pendidikan yang
diperkaya dengan nilai bertanah air dan berbangsa Indonesia. sedangkan untuk
faktor kemauan bagi kepentingan persatuan Yamin menganut teori dari Ernest
Renan (1823-1892) ahli filsafat bangsa Perancis, bahwa bangsa (nation) itu
timbul karena sejarah yang dialami bersama-sama dan juga karena kemauan akan
hidup bersama.[6]
Namun demikian, sepantasnya harus dihargai bahwa dalam
proses penyatuan dari berbagai sifat kedaerahan menjadi sifat nasional
merupakan suatu proses integrasi yang nilainya sangat dalam.
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Integrasi_sosial
diunduh pada tanggal 25 septembaer 2012, pukul 07.28 WIB.
[4] Yayasan
Gedung-Gedung Bersejarah Jakarta, 1974, 45
Tahun Sumpah Pemuda, Jakarta; PT> Gunung Agung. Hal 141.
[6] Pidato M. Yamin
dalam acara Kongres Pemuda II tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta. Melalui 45 Tahun Sumpah Pemuda. 1974. Yayasan
Gedung-Gedung Bersejarah Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar