Sumpah Pemuda, sudah… kok masih bentrokan?
Sumpah Pemuda adalah Nasionalisme Indonesia, Patriotisme
Indonesia, yang seiring dengan makna lagu Indonesia Raya, bendera Sang Saka
Merah Putih, kemudian falsafah Pancasila dan Mukadimah Undang-Undang Dasar
1945. (45 Tahun Sumpah Pemuda, 1974).
28 oktober merupakan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia,
tercatat dalam sejarah kita pemuda-pemuda bangsa berkumpul menyusun semangat
kebangsaan melalui Kongres Sumpah Pemuda. Dari dasalah dengan sikap toleransi
yang dijunjung tinggi semua masyarakat Indonesia yang beranekaragam suku,
bahasa, dan budaya bersepakat bertumpah darah satu, berbangsa satu, dan
berbahasa satu atas nama Indonesia.
Sejak tahun 1928 hingga sekarang, 84 tahun sudah Sumpah
Pemuda terpatri dalam goresan waktu sejarah bangsa ini. Apabila 84 tahun yang
lalu ketika gelora persatuan itu masih membara di jiwa pemudanya, maka
bagaimana dengan sekarang ini?. Esensi persatuan yang dipercikan dari semangat
sumpah pemuda masih bertahankah sampai detik ini?. Dalam pendidikan kita pun
sudah diterapkan untuk selalu bersikap nasionalis, menghargai kebersamaan dan
perbedaan. Akantetapi perlu ditinjau kembali untuk era saat ini, dengan melihat
segala kerusuhan yang terjadi sehingga dapat disimpulkan bahwa eksistensi
sumpah pemuda itu sendiri sudah melemah.
Mengenai integrasi Indonesia, pernah bergejolak isu-isu
disintegrasi Indonesia, mulai dari ketegangan di Irian Jaya, kerusuhan di Ambon
dan Madura baru-baru ini, serta gerakan-gerakan sparatis daerah seperti di Aceh
dan masih banyak yang lainnya. Bahkan pada tahun-tahun sebelumnya bibit
perpecahan itu sudah Nampak. Mulai dari permasalahan PKI Madiun, Gerakan DI/TII
pimpinan Kartosuwiryo (1948-1962) merupakan wujud ketidakmampuan kita dalam
mempertahankan bagian dari bangsa ini dalam konteks nasionalisme.
Bentrokan masa juga terjadi pada akhir-akhir ini, bentrokan
antar pelajar SMA 6 dan SMA 70 Jakarta yang sampai menelan korban jiwa,
bentrokan antar suku di kabupaten Flores Timur NTT pada 8 oktober 2012 kemarin,
tawuran mahasiswa UNM yang juga tak kunjung berakhir, bentrokan di Cengkareng
13 September yang lalu, serta masih banyak lagi aksi-aksi kekerasan lainnya.
Jika ditinjau dari sebab-musabab bentrokan-bentrokan tersebut dapat disimpulkan
bahwa masyarakat kita masih kurang memiki toleransi. Seperti halnya peristiwa
di NTT suku Dusun Riang Bunga dan suku Desa Lewonara yang bentrok tidak
memiliki toleransi dan saling memperebutkan wilayah yang sebenarnya dapat
mereka tinggali bersama-sama sebab itu masih dalam wilayah Indonesia
sebagaimana negaranya. Peristiwa-peristiwa tersebut diatas menyalahi Sumpah
Pemuda. Toleransi merupakan unsur mutlak dalam Sumpah Pemuda.
Sungguh memalukan melihat bentrokan antara mahasiswa UNM
dan UVRI, mereka ini adalah mahasiswa, pemuda Indonesia namun mengapa mereka
yang seharusnya mengetahui lebih jauh esistensi Sumpah Pemuda malah
mengancurkan masa depan pemuda-pemuda Indonesia dengan bentrokan. Akan tetapi
diantara mahasiswa yang buta akan Sumpah Pemuda setidaknya masih diantara mereka
yang mengilhami Sumpah Pemuda itu dalam dirinya, seperti dua mahasiswa UNY
berikut ini. Nurul Afriyani mengaku bahwa Sumpah Pemuda itu sebagai cerminan
nasionalismenya pada saat ini. Sedangkan Dwi Wahyu mengatakan bahwa sebagai
pemuda Indonesia sudah seharusnya kita
mencintai negara ini seperti rumah kita pribadi dan apabila ada yang mengusik
rumah kita tentunya perlu diperingatkan.
Sumpah pemuda berisikan jiwa persatuan yang berlatar
belakang Bhineka Tunggal Ika yang berarti bahwa bangsa Indonesia itu sendiri
terdiri dari macam-macam suku bangsa sebagai realitas kebudayaan dan realitas
politik yang bersama-sama hidup sebagai satu dengan penuh toleransi. Dengan
demikian persatuan dapat tercapai dan dipertahankan kalau ke-bhinekaan
diperhitungkan sebagai realitas yang memilki elemen mutlak yaitu toleransi.
Tanpa memiliki toleransi maka persatuan Indonesia akan selalu goncang.
Gerakan-gerakan kedaerahan yang pernah terjadi di
waktu-waktu yang lalu menjadi bahan renungan kita semua untuk meresapi lagi jiwa
sumpah pemuda. Sesuai Sumpah Pemuda gerak-gerik kita harus selalu dikaitkan
pada arti persatuan yang memiliki latarbelakang berupa realitas-realitas
kedaerahan yang juga merupakan kekuatan. Persatuan dan kesatuan suatu negara
tidak hanya mampu di kendalikan oleh birokrasi pemerintahan dan pertahanan
negaranya saja, akan tetapi pemuda-pemuda bangsalah yang harus menetapkan dasar
kuat bagi persatuan Indonesia agar persatuan itu menjadi kekal abadi.
Sumber
bacaan:
Yayasan
Gedung-Gedung Bersejarah Jakarta, 1974, 45
Tahun Sumpah Pemuda, Jakarta; PT; Gunung Agung.
Republika
online: http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/12/09/13/maa8nl-bentrokan-di-cengkareng-polda-amankan-96-orang
Harian kompas : http://regional.kompas.com/read/2012/10/11/16555873/Sehari.Mahasiswa.Dua.Universitas.Tawuran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar